Semoga sebuah impian jadi kebanggaan.

Selasa, 23 Oktober 2012

Lao Tzu


Lao Tzu (Tionghoa: 老子, pinyin: Lǎo Zǐ) merupakan ahli filsafat yang terpopuler dan juga merupakan pendiri Taoisme (Tionghua: 道教 atau 道家) kini. Riwayat hidupnya tidak banyak terdapat dalam catatan historis, tetapi kewujudannya terbukti dalam catatan historis Tiongkok, Shiji.
Menurut kitab Shiji[1], Lǎo Zǐ memiliki nama asli Lier (李耳; pinyin: LĭĚr), nama sopannya Boyang (伯阳) dan nama almarhum kehormatannya Dan (). Terdapat segolongan sarjana mengatakan Boyang dan Dan adalah nama sopannya[2]. Lǎo Zǐ (570-470 SM)[3], dilahirkan di Provinsi Ku(苦县), Chuguo (楚国), sekarang dikenali Provinsi Henan. Ia merupakan ketua pustakawan Chuguo pada zaman dinasti Zhou, di mana pada masa jabatannya, ia banyak mendapat manfaat dengan membaca kitab-kitab serta catatan-catatan historis, sehingga ia mencapai keluasan wawasan.
Kemasyhuran Lǎo Zǐ luas tersebar sehingga kepada Kong Hu Cu. Menurut catatan Zhuangzi, Kong Hu Cu pernah berjumpa dengan Laozi untuk meminta pengajaran akan kesopanan[4]. Terdapat lukisan-lukisan berdasarkan kisah ini. Berdasarkan catatan ini, diperkirakan bahwa Kong Hu Cu berumur lebih muda kurang lebih 20 tahun daripada Lǎo Zǐ[5]. Menurut rujukan Zhuangzi[6], Kong Hu Cu pertama kali berjumpa dengan Lǎo Zǐ pada usia 17 dan kemudian pada usia 34, dan perjumpaan ketiga kalinya di Xiangyi (相邑) serta semasa berusia 51 dan 66.
Pada waktu keruntuhan Dinasti Zhou, Lǎo Zǐ meletakkan jabatan dan meninggalkan negerinya dengan koaknya. Ketika ia tiba di Kastam Hangu (函谷关), Guan Yixi (关尹喜) memintanya meninggalkan filsafat dalam bentuk tulisan. Atas permintaan ini, ia menciptakan dua karya yang berjudul Dao dan De sebelum meninggalkan Chuguo. Kedua kitab tersebut digabungkan dan diperkenalkan sebagai Daode Jing yang berisikan 5000 huruf Tionghua dalam 81 bab.

Argumen dan Legenda

Terdapat banyak legenda mengenai Lǎo Zǐ yang masih diperdebatkan, seperti:
  • Lǎo Zǐ berada dalam perut ibudanya selama 82 tahun dan dilahirkan dalam keadaan tua. Oleh karena itu digelarkan sebagai Lǎo Zǐ yang berarti Budak Tua.
  • Lǎo Zǐ berusia 200 tahun
  • Perjumpaan Kong Hu Cu dengan Lǎo Zǐ

 Referensi

  1. ^ http://www.chigung.org/Soft_Show.asp?SoftID=44
  2. ^ http://www.chinataiwan.org/web/webportal/W5267121/Uniulq/A241589.html
  3. ^ http://www.chinaculture.org/gb/cn_madeinchina/2005-09/29/content_73461.htm
  4. ^ http://www.chigung.org/Soft_Show.asp?SoftID=44
  5. ^http://140.112.2.84/~fchsu/Lao-Chuang ecture/discuss_16/report/TheViewpointOnConfuciusOfChuangTzu_2.html
  6. ^ http://140.112.2.84/~fchsu/Lao-Chuang-Lecture/discuss_16/report/TheViewpointOnConfuciusOfChuangTzu_2.html

Mazhab Syafi'i



Mazhab Syafi'i (bahasa Arab: شافعية , Syaf'iyah) adalah mazhab fiqih yang dicetuskan oleh Muhammad bin Idris asy-Syafi'i atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafi'i. Mazhab ini kebanyakan dianut para penduduk Mesir bawah, Arab Saudi bagian barat, Suriah, Indonesia, Malaysia, Brunei, pantai Koromandel, Malabar, Hadramaut, dan Bahrain.

Daftar isi

Sejarah

Pemikiran fiqh mazhab ini diawali oleh Imam Syafi'i, yang hidup di zaman pertentangan antara aliran Ahlul Hadits (cenderung berpegang pada teks hadist) dan Ahlur Ra'yi (cenderung berpegang pada akal pikiran atau ijtihad). Imam Syafi'i belajar kepada Imam Malik sebagai tokoh Ahlul Hadits, dan Imam Muhammad bin Hasan asy-Syaibani sebagai tokoh Ahlur Ra'yi yang juga murid Imam Abu Hanifah.
Imam Syafi'i kemudian merumuskan aliran atau mazhabnya sendiri, yang dapat dikatakan berada di antara kedua kelompok tersebut. Imam Syafi'i menolak Istihsan dari Imam Abu Hanifah maupun Mashalih Mursalah dari Imam Malik. Namun demikian Mazhab Syafi'i menerima penggunaan qiyas secara lebih luas ketimbang Imam Malik. Meskipun berbeda dari kedua aliran utama tersebut, keunggulan Imam Syafi'i sebagai ulama fiqh, ushul fiqh, dan hadits di zamannya membuat mazhabnya memperoleh banyak pengikut; dan kealimannya diakui oleh berbagai ulama yang hidup sezaman dengannya.

Dasar-dasar

Dasar-dasar Mazhab Syafi'i dapat dilihat dalam kitab ushul fiqh Ar-Risalah dan kitab fiqh al-Umm. Di dalam buku-buku tersebut Imam Syafi'i menjelaskan kerangka dan prinsip mazhabnya serta beberapa contoh merumuskan hukum far'iyyah (yang bersifat cabang). Dasar-dasar mazhab yang pokok ialah berpegang pada hal-hal berikut.
  1. Al-Quran, tafsir secara lahiriah, selama tidak ada yang menegaskan bahwa yang dimaksud bukan arti lahiriahnya. Imam Syafi'i pertama sekali selalu mencari alasannya dari Al-Qur'an dalam menetapkan hukum Islam.
  2. Sunnah dari Rasulullah SAW kemudian digunakan jika tidak ditemukan rujukan dari Al-Quran. Imam Syafi'i sangat kuat pembelaannya terhadap sunnah sehingga dijuluki Nashir As-Sunnah (pembela Sunnah Nabi).
  3. Ijma' para Sahabat Nabi, yang tak diketahui ada perselisihan tentang itu. Ijma' yang diterima Imam Syafi'i sebagai landasan hukum adalah ijma' para sahabat, bukan kesepakatan seluruh mujtahid pada masa tertentu terhadap suatu hukum; karena menurutnya hal seperti ini tidak mungkin terjadi.
  4. Qiyas yang dalam Ar-Risalah disebut sebagai ijtihad, apabila dalam ijma' tidak juga ditemukan hukumnya. Akan tetapi Imam Syafi'i menolak dasar istihsan dan istislah sebagai salah satu cara menetapkan hukum Islam.
Lihat pula: Ijtihad

Qaul Qadim dan Qaul Jadid

Imam Syafi'i pada awalnya pernah tinggal menetap di Baghdad. Selama tinggal di sana ia mengeluarkan ijtihad-ijtihadnya, yang biasa disebut dengan istilah Qaul Qadim ("pendapat yang lama").
Ketika kemudian pindah ke Mesir karena munculnya aliran Mu’tazilah yang telah berhasil mempengaruhi kekhalifahan, ia melihat kenyataan dan masalah yang berbeda dengan yang sebelumnya ditemui di Baghdad. Ia kemudian mengeluarkan ijtihad-ijtihad baru yang berbeda, yang biasa disebut dengan istilah Qaul Jadid ("pendapat yang baru").
Imam Syafi'i berpendapat bahwa tidak semua qaul jadid menghapus qaul qadim. Jika tidak ditegaskan penggantiannya dan terdapat kondisi yang cocok, baik dengan qaul qadim ataupun dengan qaul jadid, maka dapat digunakan salah satunya. Dengan demikian terdapat beberapa keadaan yang memungkinkan kedua qaul tersebut dapat digunakan, dan keduanya tetap dianggap berlaku oleh para pemegang Mazhab Syafi'i.

Penyebaran

Penyebar-luasan pemikiran Mazhab Syafi'i berbeda dengan Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki, yang banyak dipengaruhi oleh kekuasaan kekhalifahan. Pokok pikiran dan prinsip dasar Mazhab Syafi'i terutama disebar-luaskan dan dikembangkan oleh para muridnya. Murid-murid utama Imam Syafi'i di Mesir, yang menyebar-luaskan dan mengembangkan Mazhab Syafi'i pada awalnya adalah:
  • Yusuf bin Yahya al-Buwaiti (w. 846)
  • Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 878)
  • Ar-Rabi bin Sulaiman al-Marawi (w. 884)
Imam Ahmad bin Hanbal yang terkenal sebagai ulama hadits terkemuka dan pendiri fiqh Mazhab Hambali, juga pernah belajar kepada Imam Syafi'i. Selain itu, masih banyak ulama-ulama yang terkemudian yang mengikuti dan turut menyebarkan Mazhab Syafi'i, antara lain:

Peninggalan

Imam Syafi'i terkenal sebagai perumus pertama metodologi hukum Islam. Ushul fiqh (atau metodologi hukum Islam), yang tidak dikenal pada masa Nabi dan sahabat, baru lahir setelah Imam Syafi'i menulis Ar-Risalah. Mazhab Syafi'i umumnya dianggap sebagai mazhab yang paling konservatif di antara mazhab-mazhab fiqh Sunni lainnya. Dari mazhab ini berbagai ilmu keislaman telah bersemi berkat dorongan metodologi hukum Islam yang dikembangkan para pendukungnya.
Karena metodologinya yang sistematis dan tingginya tingkat ketelitian yang dituntut oleh Mazhab Syafi'i, terdapat banyak sekali ulama dan penguasa di dunia Islam yang menjadi pendukung setia mazhab ini. Di antara mereka bahkan ada pula yang menjadi pakar terhadap keseluruhan mazhab-mazhab Sunni di bidang mereka masing-masing. Saat ini, Mazhab Syafi'i diperkirakan diikuti oleh 28% umat Islam sedunia, dan merupakan mazhab terbesar kedua dalam hal jumlah pengikut setelah Mazhab Hanafi.

Referensi

  1. Abu Zahrah, Muhammad, Imam Syafi'i: Biografi dan Pemikirannya dalam Masalah Akidah, Politik & Fiqih, Penerjamah: Abdul Syukur dan Ahmad Rivai Uthman, Penyunting: Ahmad Hamid Alatas, Cet.2 (Jakarta: Lentera, 2005).
  2. Al-Qaththan, Syaikh Manna', Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an, Penerjemah: H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc., MA., Penyunting: Abduh Zulfidar Akaha, Lc., Cet.1 (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006).
  3. Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Ed.1, Cet.12 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001).
  4. Imam Muslim, Terjemah Hadits Shahih Muslim, Penerjemah: Ahmad Sunarto (Bandung: Penerbit "Husaini" Bandung, 2002).
  5. Al Imam Al Bukhari, Terjemah Hadits Shahih Bukhari, Penerjemah: Umairul Ahbab Baiquni dan Ahmad Sunarto (Bandung: Penerbit "Husaini" Bandung, tanpa tahun). 

Prestasi Akademik Saja Tidak Cukup



Sehari sebelum acara wisuda sarjana, seorang sahabat yang merupakan salah satu calon wisudawan memberikan satu pernyataan yang betul-betul mengejutkan saya. "Besok akan menjadi hari yang menggembirakan sekaligus menyedihkan dalam hidup saya," katanya dengan wajah
sedih.
"Bagaimana bisa?" tanya saya penuh rasa penasaran. "Saya
gembira karena terbukti mampu menyelesaikan studi sarjana saya. Yang menyedihkan hati saya adalah mulai besok saya akan jadi pengangguran di negeri ini. Status sosial saya turun drastis dari mahasiswa menjadi pengangguran!" lanjut calon sarjana teknik ini.

Ia juga mengemukan sejumlah kekhawatirannya. Beberapa hari sebelumnya, dalam sebuah perbincangan dengan dosen walinya, sang sahabat ini diberikan sejumlah wejangan penting oleh sang dosen wali. "Perlu kamu sadari ada banyak sekali kriteria seleksi sarjana untuk terjun di dunia kerja.Misalnya ketrampilan berkomunikasi,kejujuran,kemampuan bekerja dalam sebuah tim,kemampuan berhubungan baik dengan orang lain, etos kerja, kemampuan analisis,engineering skills, motivasi diri yang kuat, kepercayaan pada diri sendiri,fleksibilitas,dsb. Sayangnya pendidikan di perguruan tinggi sampai saat ini lebih banyak menekankan pada kemampuan analisis dan engineering skill," kata sang dosen.

Cerita di atas sekaligus mengingatkan saya bahwa pendidikan formal saja tidak pernah cukup. Mohon maaf, saya tidak sedang menghujat sekolah atau kampus (lembaga pendidikan formal). Yang ingin saya tekankan di sini adalah prestasi akademik saja tidak akan menjadikan seorang sarjana sukses di masyarakat. Persis seperti yang saya sampaikan ketika seminar kewirausahaan disalah satu Universitas di Surabaya, Maret 2009 lalu, "Jangan menghujat sekolah namun jangan pula memuja sekolah!" Intinya, masih banyak sekali yang harus dipelajari seseorang setelah ia lulus. 
Belajar adalah sebuah proses seumur hidup. Jika kita berhenti bertumbuh (termasuk berhenti belajar) artinya kita telah mati dalam hidup. Artinya, jangan menjadi orang yang sama dari dulu, sekarang sampai selama-lamanya. Kita harus selalu bertumbuh ke arah yang lebih baik dari hari ke hari. Beberapa hari lalu, saya bertemu dengan mantan rektor sebuah perguruan tinggi ternama di kota Bandung tengah memborong sejumlah buku di sebuah toko buku. Rupanya beliau secara rutin mengunjungi toko buku. Salut!
Pendidikan formal memang penting. Bukankah banyak sekali penelitian ilmiah (misalnya di bidang kedokteran) yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan formal? Sayangnya banyak mahasiswa yang memilih DO (drop out) setelah membaca buku-buku kewirausahaan yang menceritakan bagaimana orang-orang yang putus sekolah bisa menjadi pengusaha sukses. Sebagian kemudian beranggapan agar bisa menjadi pengusaha sukses harus DO. 
Jika mau jujur, berapa banyak sih persentasi mereka yang DO yang kemudian sukses? Jika dibandingkan, mana yang lebih banyak, orang yang tidak berpendidikan yang kemudian menjadi bajingan dengan orang yang tidak berpendidikan yang kemudian menjadi orang sukses? Semoga kita bisa cukup bijaksana menilai sesuatu sebelum mengambil keputusan. Ingat, penyesalan selalu datang belakangan.

Dengan semakin meningkatnya angka pengangguran di negeri ini –yang telah mencapai 40 juta orang- tentu akan makin sulit menemukan lapangan pekerjaan di negeri ini. Itulah sebabnya kita harus memikirkan jalan keluarnya. Saya rasa salah satu pilihan yang bisa diambil adalah dengan menjadi wirausaha (entrepreneur). Dengan
berwirausaha, kita bukan saja menolong diri kita tapi dapat juga menjadi saluran berkat bagi orang lain. Kita dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Yang lebih baik lagi apabila kita kemudian dapat mendidik karyawan kita agar suatu saat nanti iapun memiliki keberanian untuk berwirausaha.

Ada seorang teman saya yang ketika itu sudah setahun menganggur namun tidak pernah berkecil hati. Ia kemudian membuka usaha yang berawal dari hobinya: membaca komik. Kini ia telah memiliki 2 cabang rental komik yang lokasinya dekat dengan kampus. Keuntungan perbulannya mencapai Rp 3 juta. Salut! Yang menarik, ia memulai bisnis ini dengan modal hanya beberapa juta rupiah. Maklum, buku-buku yang ada di rental tersebut sebagian adalah koleksi pribadinya.Anda pun bisa menempuh jalan yang sama. Sebuah hobi jika dijadikan bisnis akan sanggat menggairahkan karena Anda akan mengerjakannya sepenuh hati.

Membangun sebuah bisnis tentu bukan hal yang mudah. Apalagi ada kecenderungan dalam diri manusia ingin langsung besar (instant).Padahal alam mengajarkan kita untuk berlaku sebaliknya. Tidak ada pohon yang bisa tumbuh besar dalam semalam. Bayi pun tidak bisa langsung berlari ketika dilahirkan. Memulai bisnis dari kecil tentu sangat berat namun di situlah tantangannya. Bisnis yang dibangun dari bawah akan memiliki pondasi yang lebih kuat karena Anda sudah terbiasa menghadapi segala macam permasalahan.

Dalam buku First Step to be An Entrepreneur, saya menulis bahwa untuk menjadi seorang entrepreneur Anda harus berani mengambil risiko, menyukai tantangan, memiliki daya tahan yang tinggi,memiliki visi jauh ke depan dan selalu memberikan yang terbaik.
Persoalannya selalu muncul di risiko, lantas sering timbul pertanyaan, risko macam apa yang harus diambil jika saya ingin berwirausaha? Jawabannya jelas, risiko yang telah Anda perhitungan dengan matang (calculated risk). Ada sejumlah pertanyaan mendasar yang bisa Anda ajukan untuk itu. Misalnya, adakah pasar untuk produk saya? Mampukah saya menciptakan pasar jika produk saya benar-bena baru? Bagaimana cara saya memasarkan produk saya? Bagaimana dengan tingkat persaingan saat ini? Apa kelebihan produk saya dibandingkan dengan kompetitor? Bagaimana dengan penyediaan bahan baku? Dsb.

Ketika mulai berwirausaha saya juga menemukan setidaknya ada 4 hal yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir risiko. 
Pertama, kita bisa mencari pembimbing yakni pengusaha yang sudah sukses. 
Kedua, membentuk tim. 
Ketiga, memiliki jaringan yang luas (ini penting
untuk perluasan pasar) dan;
keempat, jika masih ragu-ragu coba beli
sistem yang telah mapan (misalnya sistem pemasaran jaringan atau sebuah franchise). Setahu saya ada franchise yang berani mengembalikan uang yang telah Anda investasikan jika dalam jangka waktu tertentu usaha Anda tidak menguntungkan meski telah mematuhi semua hal dalam sistem tersebut).

Jika risiko telah bisa Anda kalkulasi dengan matang buatlah rencana dan action! Konsep sebagus apa pun tidak akan berhasil jika tidak dilaksanakan.
Lagipula agar bisa sukses dalam hidup ini kita harus menghindari 5 sikap: NATO (no action talk only), NACO (no action concept only), NADO (no action dream only), NAPO (no action plan only) dan NARO (no action review only). Action is power!


Yang terakhir, jangan lupa apa pun yang Anda kerjakan akan berhasil jika mendapat restu dari-Nya. Di sinilah pentingnya kekuatan doa. Saya selalu teringat akan nasihat dari seorang sahabat mengenai pentingnya berkerja bersama Allah untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yangmengasihi Dia," begitu nasihatnya. Salam sukses buat Anda semua!