Semoga sebuah impian jadi kebanggaan.

Jumat, 12 Juli 2013

JANGAN MELETAKKAN BOLA DUNIA DI ATAS KEPALA

Beberapa orang merasa bahwa diri mereka terlibat dalam perang dunia, padahal mereka sedang berada di atas tempat tidur. Tatkala perang itu usai, yang mereka peroleh adalah luka di pencernaan mereka, tekanan darahringgi dan penyakit aula. Mereka selalu merasa terlibat dengan semua peristiwa. Mereka marah dengan naiknya harga-harga, gusar karena hujan tak segera turun, dan kalang kabut tak karuan karena turunnya nilai mata uang. Mereka selalu berada dalam kegelisahan dan kesedihan yang tak berkesudahan.

{Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka.}
(QS. Al-Munafiqun: 4)

Jangan meletakkan bola dunia di atas kepala. Biarkan semua peristiwa itu terjadi, dan jangan disimpan di dalam usus. Orang yang memiliki hati seperti bunga karang akan menyerap semua isu dan kasak-kusuk, termakan oleh masalah-masalah kecil, dan mudahterguncang karena peristiwa-peristiwa yang terjadi. Hati seperti ini sangat potensial menjadi awal kehancuran.

Mereka yang berpegang pada prinsip yang benar akan senantiasa bertambah keimanannya dengan nasehat-nasehat dan 'Ibrah. Sedangkan mereka yang berpegang pada prinsip yang lemah akan semakin takut terhadap keguncangan. Di hadapan segala bencana dan musibah, hal yang paling berguna adalah hati yang berani. Seorang pemberani memiliki sikap yang teguh dan emosi yang terkendali, keyakinan yang menancap tajam, syaraf dingin dan hati yang lapang. Sedangkan seorang pengecut justru akan membunuh dirinya sendiri berulang kali, setiap hari, dengan pedang khayalan, ramalan, kabar yang tak jelas, dan kasak-kusuk. Jika Anda menginginkan sebuah kehidupan yang berlandasan kuat, maka hadapilah semua permasalahan dengan keberanian dan ketabahan. Jangan terlalu mudah digoyang oleh mereka yang tidak memiliki keyakinan. Jangan merasa terjepit oleh semua tipu daya mereka.
Jadilah orang yang lebih kuat dari peristiwa itu sendiri, lebih kencang dari angin puyuh, dan lebih kuat dari angin topan. Sungguh kasihan mereka yang memiliki hati yang lemah, betapa hari-hari selalu mengguncang dirinya.

{Dan, sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia).} (QS. Al-Baqarah: 96)

Sedangkan orang-orang yang memiliki hati yang kuat akan senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah dan senantiasa yakin dengan janji-Nya.

{Lalu, menurunkan ketenangan atas mereka.} (QS. Al-Fath: 18)

Jangan Sampai Hal-hal yang Sepele Membinasakan Anda! Banyak orang bersedih hanya karena hal-hal sepele yang tak berarti. Perhatikanlah orangorang munafik; betapa rendahnya semangat dan tekad mereka. Berikut ini adalah perkataan-perkataan mereka:

{Janganlah kamu sekalian berangkat (pergi berperang) di dalam panas terik ini.}
(QS. At-Taubah: 81)

{Berilah kami izin (tidak pergi berperang) dan janganlah menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.} (QS. At-Taubah: 49)

{Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga).} (QS. Al-Ahzab: 13)
{Kami takut akan mendapat bencana.} (QS. Al-Ma'idah: 52)

{Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.}
(QS. Al-Ahzab: 12)

Sungguh, betapa sempitnya hidung-hidung mereka, betapa sengsaranya jiwa jiwa mereka. Hidup mereka hanya pada sebatas soal perut, piring, rumah dan istana. Mereka tidak pernah mau menengadahkan pandangan mereka ke angkasa kehidupan yang ideal. Mereka juga tak pernah menatap bintangbintang keutamaan hidup. Kecemasan dan pengetahuan mereka hanya pada soal kendaraan, pakaian, sandal dan makanan.

Coba perhatikan, betapa banyaknya manusia yang hidupnya dari pagi hingga sore hanya disibukkan oleh kecemasan dan kegelisahan mereka agar tidak dibenci isteri, anak atau kerabat dekatnya, atau agar tidak mendapat celaan, atau mengalami keadaan yang menyedihkan. Ini semua, pada dasarnya justru merupakan musibah besar bagi manusia-manusia seperti itu.

Betapa mereka sama sekali tidak memiliki tujuan-tujuan yang lebih mulia yang seharusnya menyibukkanmereka, dan juga kepentingan-kepentingan agung yang seharusnya menyita seluruh waktu mereka. Padahal, pepatah mengatakan: "Jika air telah keluar dari bejana, hawa kosong akan datang memenuhinya." Maka dari itu, bila Anda juga merasa seperti orang-orang tadi, renungkanlah kembali hal-hal yang selama ini telah menyita perhatian dan hidup Anda, atau bahkan membuat Anda resah setiap saat.

Benarkah semuanya itu pantas memperoleh perhatian dan porsi yang sedemikian besar dalam hidup Anda? Mengapa Anda harus rela mengorbankan pikiran, daging, ketentraman & waktu hanya untuk persoalan2 sepele tadi? Ibarat orang berjual beli, apa yang Anda lakukan itu sebenarnya suatu keculasan dan kerugian besar yang dibayar murah. Para ahli jiwa sering mengatakan,
"Buatlah batasan yang rasional (wajar) untuk setiap hall" Dan lebih tepat dari kalimat ini adalah firman Allah,
{Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.} (QS. Ath-Thalaq: 3)

Yakni, letakkanlah setiap persoalan sesuai dengan ukuran, bobot dan kadarnya. Janganlah sekali-kali Anda melakukan kezaliman dan melampauibatas. Ibaratnya, bila tujuan utama orang-orang yang berbakti kepada Allah (ketika berada dibawah sebuah pohon) adalah untuk berjual beli, maka mereka akan mendapatkan ridha Allah. Namun, bila salah seorang dari mereka hanya disibukkan dengan urusan untanya saja, hingga ia tak sempat ikut berjual beli, maka yang akan ia peroleh adalah hanya kebinasaan dan kegagalan.
Abaikanlah hal-hal sepele yang tak penting. Jangan sampai Anda hanya disibukkan olehnya dan waktu Anda habis karenanya. Dengan begitu, niscaya Anda kegundahan dan kecemasan akan selalu menjauhi Anda. Dan Anda pun selalu riang ceria. Terimalah Setiap Pemberian Allah dengan Rela
Hati, Niscaya Anda Menjadi Manusia Paling Kaya Sebelumnya, hal ini telah banyak dijelaskan; yakni beberapa makna dan faedah dari kerelaan hati seseorang dalam menerima setiap pemberian atau ketentuan Allah.
Namun, kali ini saya akan membahasnya secara lebih panjang lebar untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Singkatnya, makna sikap ini adalah bahwa Anda harus rela hati dan puas dengan setiap pemberian Allah; baik itu yang berupa raga, harta, anak, tempat tinggalataupun bakat kemampuan. Dan, makna inilah yang tersirat dari ayat al-Qur'an berikut,

{Sebab itu, berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.}(QS. Al-A'raf: 144)

Sebagian besar ulama salafus salih dan generasi awal umat ini adalah orangorang yang secara materi termasuk fakir miskin. Mereka tidak memiliki harta yang berlimpah, rumah yang megah, kendaraan yang bagus, dan juga pengawal pribadi. Meski demikian, mereka ternyata mampu membuat kehidupan ini lebih bermakna serta membuat diri mereka & masyarakatnya lebih bahagia.
Yang demikian itu, adalah karena mereka senantiasa memanfaatkan setiap pemberian Allah di jalan yang benar. Dan karena itu pula, umur, waktu, dan kemampuan atau ketrampilan mereka menjadi penuh berkah. Kebalikan dari kelompok manusia yang diberkahi ini adalah mereka yang dikarunia Allah dengan kekayaan yang meruah, anak yang banyak, dan nikmat yang berlimpah.
Tetapi semua itu justru menyebabkan diri mereka senantiasa merasa penuh penderitaan, kecemasan dan kegelisahan. Adapun penyebabnya, tak lain adalah karena mereka telah menyimpang dari fitrah dan tuntunan hidup yang benar. Ini menjadi bukti nyata bahwa segala sesuatu (kekayaan, anak, pangkat, jabatan, kehormatan dan lain sebagainya) adalah bukan segala-galanya.
Lihatlah, betapa banyak sarjana atau doktor yang tidak dapat memberi kontribusi, pemikiran dan pengaruh yang cukup bagi masyarakatnya. Namun sebaliknya; tak sedikit manusia yang dengan ilmu dan kemampuannya yang sangat terbatas justru mampu membangun sungai yang senantiasa mengalirkan manfaat, kebaikan, dan kemakmuran bagi sesama manusia.
Jika Anda ingin bahagia, maka terimalah dengan rela hati bentuk perawakan tubuh yang diciptakan Allah untuk Anda, apapun kondisi keluarga Anda, bagaimanapun suara Anda, seperti apapun kemampuan daya tangkap dan pemahaman Anda, serta seberapapun penghasilan Anda. Bahkan, kalau ingin meneladani para guru sufi yang zuhud, maka sesungguhnya mereka telah melakukan sesuatu yang lebih dari sekadarapa yang disebutkan itu. Mereka selalu berkata, "Seyogyanya Anda senantiasa tetap senang hati menerima sesedikit apapun yang Anda miliki dan rela dengan segala sesuatu yang tidak Anda miliki."
Berikut ini adalah beberapa tokoh terkenal yang kehidupan duniawi mereka kurang beruntung.

1.  Atha' ibn Rabah, orang yang paling alim pada zamannya adalah seorang mantan budak berkulit hitam, berhidung pesek, lumpuh tangannya, dan berambut keriting.
2.    Ahnaf ibn Qais, orang Arab yang dikenal paling sabar dan penyantun ini sangat kurus tubuhnya, bongkok punggungnya, melengkung betisnya dan lemah postur tubuhnya.
3.   al-A'masy, ahli hadits kenamaan di dunia ini adalah sosok manusia yang sayu sorot matanya dan seorang mantan budak yang fakir, compang-camping baju yang dikenakannya, dan tidak menarik penampilan diri dan rumahnya.

Bahkan, semua nabi dan rasul Allah adalah pernah menjadi penggembala kambing. Dan, meskipun mereka termasuk manusia2 pilihan Allah dan sebaikbaik manusia, pekerjaan mereka pun tak jauh beda dengan manusia umumnya. Nabi Daud adalah seorang tukang besi,Nabi Zakaria seorang tukang kayu, dan Nabi Idris seorang tukang jahit. Kita tahu bahwa mereka adalah orang2 pilihan.
Ini mengisyaratkan bahwa harga diri Anda ditentukan oleh kemampuan, amal salih, kemanfaatan, dan akhlak Anda. Karena itu, janganlah Anda bersedih dengan wajah yang kurang cantik, harta yang tak banyak, anak yang sedikit, dan rumah yang tak megah! Singkatnya, terimalah setiap pembagian Allah dengan penuh kerelaan hati.

{Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.}

(QS. Az-Zukhruf: 32)

Sabtu, 06 Juli 2013

TERSENYUMLAH, LA TAHZAN

Tertawa yang wajar itu laksana 'balsem' bagi kegalauan dan 'salep' bagi kesedihan. Pengaruhnya sangat kuat sekali untuk membuat jiwa bergembira dan hati berbahagia. Bahkan, karena itu Abu Darda' sempat berkata, "Sesungguhnya aku akan tertawa untuk membahagiakan hatiku.
Dan Rasulullah s.a.w. sendiri sesekali tertawa bingga tampak gerahamnya
Begitulah tertawanya orang-orang yang berakal dan mengerti tentang penyakit jiwa serta pengobatannya."
Tertawa merupakan puncak kegembiraan, titik tertinggi keceriaan, dan ujung rasa suka cita. Namun, yang demikian itu adalah tertawa yang tidak berlebihan sebagaimana dikatakan dalam pepatah, "Janganlah engkau banyak tertawa, sebab banyak tertawa itu mematikan hati." Yakni, tertawalah sewajarnya saja sebagaimana dikatakan juga dalam pepatah yang berbunyi,
"Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah." Bahkan, tertawalah sebagaimana Nabi Sulaiman ketika, {... ia tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu.} (QS. An-Naml: 19),
Janganlah tertawa sinis dan sombong sebagaimana dilakukan orang-orang kafir,
{... tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka menertawakannya.} (QS. Az-Zukhruf: 47)
Dan salah satu nikmat Allah yang diberi kepada penghuni surga adalah tertawa.
{Maka pada hari ini orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir.} (QS. Al-Muthaffifin: 34)

Orang Arab senang memuji orang yang murah senyum dan selalu tampak ceria. 
Menurut mereka, perangai yang demikian itu merupakan pertanda kelapangan dada, kedermawanan sifat, kemurahan hati,kewibawaan perangai, dan ketanggapan pikiran.
Wajah nan berseri tanda suka memberi, tanda suka memberi. Dan tentu bersuka cita saat dipinta. Dalam kitab "Harim", Zuher bersyair, kau melihatnya senantiasa gembira saat kau datang, seolah engkau memberinya apa yang engkau minta padanya.
Pada dasarnya, Islam dibangun atas dasar prinsip prinsip keseimbangan dan kemoderatan, baik dalam hal akidah, ibadah, akhlak maupun tingkah laku. Maka dari itu, Islam tak mengenal kemuraman yang menakutkan, dan tertawa lepas yang tak berarturan. Akan tetapi sebaliknya, Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan penuh wibawa dan ringan langkah yang terarah.

Abu Tamam mengatakan, “Demi jiwaku yang bapakku menebusnya untukku, ia laksana pagi yang diharapkan dan bintang yang dinantikan. Canda kadang menjadi serius, namun hidup tanpa canda jadi kering kerontang.” Muram durja dan muka masam adalah cermin dari jiwa yang galau, pikiran yang kacau, dan kepala yang rancau balau. Dan, {Sesudah itu, dia bermuka masam dan merengut.} (QS. Al-Muddatstsir: 22)
Wajah mereka cemberut karena sombong, seolah mereka dilempar dengan paksa ke neraka. Tidak seperti kaum, yang bila kau jumpai bak bintang Gemintang yang jadi petunjuk bagi pejalan malam. Sabda Rasulullah: "Meski engkau hanya menjumpai saudaramu dengan wajah berseri."

Dalam Faidhul Khathir, Ahmad Amin menjelaskan demikian: "Orang yang murah tersenyum dalam menjalani hidup ini bukan saja orang yang paling mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang paling mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab, orang yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan, serta orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri & orang lain."
Andai saja saya disuruh memilih antara harta yang banyak atau kedudukan yang tinggi dengan jiwa yang tenteram damai dan selalu tersenyum, pastilah aku memilih yang kedua. Sebab, apa artinya harta yang banyak bila wajah selalu cemberut? Apa artinya kedudukan bila jiwa selalu cemas?
Apa artinya semua di dunia ini, bila perasaan selalu sedih seperti orang yang usai mengantar jenazah kekasihnya? Apa arti kecantikan seorang isteri jika selalu cemberut dan hanya membuat rumah tangga menjadineraka saja? Tentu saja, seorang isteri yang tidak terlalu cantik akan seribukali lebih baik jika dapat menjadikan rumah tangga senantiasa laksana surga menyejukkan setiap saat.
Senyuman tak akan ada harganya bila tidak terbit dari hati yang tulus dan tabiat dasar seorang manusia. Setiap bunga tersenyum, hutan tersenyum, sungai dan laut juga tersenyum. Langit, bintang-gemintang dan burung-burung, semuanya tersenyum. Dan manusia, sesuai watak dasarnya adalah makhluk yang suka tersenyum. Itu bila dalam dirinya tidak bercokol penyakit tamak, jahat, dan egoisme yang selalu membuat rona wajah tampak selalu kusut dan cemberut.
Adapun bila ketiga hal itu meliputi seseorang, niscaya, ia akan menjelma sebagai manusia yang selalu mengingkari keindahan alam semesta. Artinya, orang yang selalu bermuram durja dan pekat jiwanya tak akan pernah melihat keindahan dunia ini sedikitpun. Ia juga tak akan mampumelihat hakekat atau kebenaran dikarenakan kekotoran hatinya.
Betapapun, setiap manusia akan melihat dunia ini melalui perbuatan, pikiran dan dorongan hidupnya. Yakni, bila amal perbuatannya baik, pikirannya bersih dan motivasi hidupnya suci, maka kacamata yang akan ia gunakan untuk melihat dunia ini pun akan bersih. Dan karena itu, ia akan melihat dunia ini tampak sangat indah mempesona. Namun, bila tidak demikian, maka kacamata
yang akan ia gunakan melihat dunia ini adalah kacamatagelap yang membuat segala sesuatu di dunia ini tampak serba hitam dan pekat.
Ada jiwa-jiwa yang dapat membuat setiap hal terasa berat dan sengsara. Tapi, ada pula jiwa-jiwa yang mampu membuat setiap hal menjadi sumber kebahagiaan. Konon, ada seorang wanita yang di rumahnya selalu melihat segala sesuatu salah di matanya. Akibatnya, sepanjang hari ia merasa dalam gelap gulita; hanya karena sebuah piring pecah, makanan keasinan karena terlalu banyak garam, atau kakinya menginjak sobekan kertas di dalam kamar, ia sontak berteriak dan memaki siapa dan apa saja yang ada di rumahnya. Hal seperti ini sangat berbahaya sebagaiamana percikan api yang setiap saat siap melahap apa saja yang ada di depannya.
Ada pula seorang laki-laki yang acapkali membuat hidupnya dan orang-orang disekelilingnya terasa berat dan sengsara hanya dikarenakan dirinya salah dalam memahami atau mengartikan maksud perkataan orang lain, perkara atau kesalahan sepele yang terjadi pada dirinya, keuntungan kecil yang tak berhasil diraihnya, atau dikarenakan oleh sebuah keuntungan yang tidak sesuai dengan harapannya. Begitulah ia memandang dunia ini; semua terasa gelap. Ironisnya, ia pun akan membuat semua itu terasa gelap pula oleh orang lain di sekitarnya.
Dan orang-orang seperti ini sangat mudah mendramatisir suatu keburukan; sebuah biji kesalahan ia besar-besarkan hingga tampak sebesar kubah, dan setangkai benih kesulitan dapat terasa seperti sebatang pohon kesengsaraan Maka dari itu, mereka pun tidak memiliki kemampuan untuk melakukan kebaikan. Mereka tidak pernah puas dan senang dengan sebanyak apapun pemberian yang pernah ia terima.
Hidup ini adalah seni bagaimana membuat sesuatu. Dan seni harus dipelajari serta ditekuni. Maka sangatlah baik bila manusia berusaha keras dan penuh kesungguhan mau belajar tentang bagaimana menghasilkan bunga-bunga, semerbak harum wewangian, dan kecintaan di dalam hidupnya. Itu lebih baik daripada ia terus menguras tenaga dan waktunya hanya untuk menimbun harta di saku atau gudangnya. Apalah arti hidup ini, bila hanya habis untuk mengumpulkan harta benda dan tak dimanfaatkan sedikitpun untuk meningkatkan kualitas kasih sayang, cinta, keindahan dalam hidup ini?
Banyak orang yang tidak mampu melihat indahnya kehidupan ini. Mereka hanya membuka matanya untuk dirham dan dinar semata. Maka, meskipun berjalan melewati sebuah taman yang rindang, bunga-bunga yang cantik mempesona, air jernih yang memancar deras, burung-burung yang berkicau riang, mereka sama sekali tidak tertarik dengan semua itu.
Di mata dan pikirannya hanya ada uang —berapa yang masuk dan keluar hari itu— saja. Padahal, kalau dipikir lebih dalam, sebenarnya ia hams membuat uang itu menjadi sarana yang baik untuk membangun sebuah kehidupan yang bahagia. Tapi sayang, mereka justru membalikkan semuanya; mereka menjual kebahagiaan hidup hanya demi mendapatkan uang, dan bukan bagaimana membeli kebahagiaan hidup dengan uang. Struktur mata kita telah diciptakan sedemikian rupa dan unik agar kita dapat melihat keindahan. Namun, ternyata kita acapkali membiasakannya hanya untuk melihat uang dan uang.
Tidak ada yang membuat jiwa dan wajah menjadi demikian muram selain keputusasaan. Maka, jika Anda menginginkan senyuman, tersenyumlah terlebih dahulu dan perangilah keputusasaan. Percayalah, kesempatan itu selalu terbuka, kesuksesan selalu membuka pintunya untuk Anda dan untuk siapa saja. Karena itu, biasakan pikiran Anda agar selalu menatap harapan dan kebaikan di masa yang akan datang. Jika Anda meyakini diri Anda diciptakan hanya untuk meraih hal-hal yang kecil, maka Anda pun hanya akan mendapatkan yang kecil-kecil saja dalam hidup ini.
Tapi sebaliknya, bila Anda yakin bahwa diri Anda diciptakan untuk menggapai hal-hal yang besar, niscaya Anda akan memiliki semangat dan tekad yang besar yang akan mampu menghancurkan semua aral dan hambatan.
Dengan semangat itu pula Anda akan dapat menembus setiap tembok penghalang dan memasuki lapangan kehidupan yang sangat luas untuk suatu tujuan yang mulia. Ini dapat kita saksikan dalam banyakkenyataan hidup.
Barangsiapa ikut lomba lari seratus meter misalnya, ia akan merasa capek tatkala telah menyelesaikannya. Lain halnya dengan seorang peserta lomba lari empat ratus meter, ia belum merasa capek tatkala sudah menempuh jarak seratus atau dua ratus meter. Begitulah adanya, jiwa hanya akan memberikan kadar semangat sesuai dengan kadar atau tingkatan sesuatu yang akan dicapai seseorang. Maka, pikirkan setiap tujuan Anda. Dan jangan lupa, hendaklah tujuan Anda itu selalu yang tinggi dan sulit dicapai. Jangan pernah putus asa selama masih dapat mengayunkan kaki menempuh langkah baru setiap harinya.
Sebab, rasa putus asa, patah semangat, selalu berpandangan negatif terhadap segala sesuatu, suka mencari-cari aib dan kesalahan orang lain, dan besar mulut hanya akan menghambat langkah, menciptakan kemuraman; dan menempatkan jiwa di dalam sebuah penjara yang pengap.
Penerimaan seseorang terhadap suatu hal tidaklah sama dengan penerimaanya terhadap seorang pendidik yang telah berjasa mengembangkan dan mengarahkan bakat alamiahnya, meluaskan cakrawala pemikirannya, menanamkan kebiasaan ramah dan murah hati dalam dirinya, mengajarkankepadanya bahwa sebaik-baik tujuan hidup adalah berusaha menjadi sumber kebaikan bagi masyarakatnya sesuai dengan kemampuannya mengarahkannya agar senantiasa menjadi matahari yang memancarkan cahaya, kasih sayang dan kebaikan, dan yang telah menuntunnya agar memiliki hati yang penuh dengan empati, kasih sayang, rasa perikemanusiaan, serta merasa senang berbuat baik kepada siapa saja yang berhubungan dengannya.
Setiap kali melihat kesulitan, jiwa seseorang yang murah senyum justru akan menikmati kesulitan itu dengan memacu diri untuk mengalahkannya. Begitu ia memperlakukan suatu kesulitan; melihatnya lalu tersenyum, menyiasatinya lalu tersenyum, dan berusaha mengalahkannya lalu tersenyum.
Berbeda dengan jiwa manusia yang selalu risau. Setiap kali menjumpai kesulitan, ia ingin segera meninggalkannya dan melihatnya sebagai sesuatu yang amat sangat besar dan memberatkan dirinya. Dan itulah yang acapkali menyebabkan semangat seseorang menurun dan asanya berkurang.
Bahkan, tak jarang orang seperti ini berdalih dengan kata-kata "Seandainya ...," "Kalau saja ...," dan "Seharusnya ...." Orang seperti ini sangatlah nista.
Bukan zaman yg mengutuk, tapi diri & pendidikan yang telah membesarkannya. Bagaimana tidak, ia menginginkan keberhasilan dalam menjalani kehidupan ini, tapi tanpa mau membayar ongkosnya. Orang seperti ini ibarat seseorang yang hendak berjalan tetapi selalu dibayangi oleh seekor singa yang siap menerkam dirinya dari belakang. Akibatnya, ia hanyamenunggu langit menurunkan emasnya atau bumi mengeluarkan kandungan harta karunnya.
Kesulitan-kesulitan dalam kehidupan ini merupakan perkara yang nisbi. Yakni, segala sesuatu akan terasa sulit bagi jiwa yang kerdil, tapi bagi jiwa yang besar tidak ada istilah kesulitan besar. Jiwa yang besar akan semakin besar karena mampu mengatasi kesulitan-kesulitan itu. Sementara jiwa yang kecil akan semakin sakit, karena selalu menghindar dari kesulitan itu.
Kesulitan itu ibarat anjing yang siap menggigit; ia akan menggonggong dan mengejar Anda bila Anda tampak ketakutan saat melihatnya. Sebaliknya, ia akan membiarkan Anda berlalu di hadapannya dengan tenang bila Anda tak menghiraukannya, atau Anda berani memelototinya.
Penyakit yang paling mematikan jiwa adalah rasa rendah diri. Penyakit ini dapat menghilangkan rasa percaya diri dan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya sendiri. Maka dari itu, meski berani melakukan suatupekerjaan, ia tak akan pernah yakin dengan kemampuan dan keberhasilan dirinya. Ia juga melakukannya dengan tanpa perhitungan yang matang, dan akhirnya gagal. Percaya diri adalah sebuah karunia yang sangat besar.
Ia merupakan tiang penyangga keberhasilan dalam kehidupan ini. Adalah sangat berbeda antara "percaya diri" dengan "terlalu percaya diri". Terlalu percaya diri merupakan perilaku negatif yang senantiasa membuat jiwabergantung pada khayalan dan kesombongan semu. Sedangkan percaya diri merupakan hal positif yang akan mendorong setiap jiwa untuk bergantung pada kemampuannya sendiri dalam memikul suatu tanggung jawab. Dan karena itu, ia akan terdorong untuk senantiasai mengembangkan kemampuannya dan mempersiapkan diri dengan matang dalam menghadapi segala sesuatu.
Elia Abu Madhi berkata: Orang berkata, "Langit selalu berduka dan mendung." Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, cukuplah duka cita di langit sana." Orang berkata, "Masa muda telah berlalu dariku." Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, bersedih menyesali masa muda tak kan mengembalikannya.”
Orang berkata, “Langitku yang ada di dalam jiwa telah membuatku merana dan berduka. Janji-janji telah mengkhianatiku ketika kalbu telah menguasainya.
Bagaimana sanggup mengembangkan senyum manisnya.” Maka akupun berkata: “Tersenyum dan berdendanglah, ” kala kau membandingkan semua umurmu kan habis untuk merasakansakitnya.
"Tersenyumlah, selama antara kau dan kematian ada jarak sejengkal, setelah itu engkau tidak akan pernah tersenyum."

Sungguh, kita sangat butuh pada senyuman, wajah yang selalu berseri, hati yang lapang, akhlak menawan, jiwa yang lembut, dan pembawaan tidak kasar.


"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian berendah hati, hingga tidak ada salah seorang di antaramu yang berlaku jahat pada yang lain dan tidak ada salah seorang di antaramu yang membanggakan diri atas yang lain." (Al-Hadits)

Jumat, 05 Juli 2013

YANG LALU BIARLAH BERLALU

Mengingat & mengenang masa lalu, lalu bersedih atas nestapa & kegagalan didalamnya merupakan tindakan bodoh & gila. Itu, sama dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi.
Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat2, lalu disimpan dalam 'ruang' kelupaan, diikat dengan tali kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu & habis. Kesedihan tak kan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada.
Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu! Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan.
Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Dalam al-Qur'an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, "Itu adalah umat yang lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai urusannya. Tak ada guna mengurai kembali bangkai zaman & memutar kembali roda sejarah.
Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu. Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang meratapi masa lalunya demikian: "Janganlah kau mengeluarkan mayat-mayat itu dari kuburnya." Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang, sekawanan binatang sering
bertanya pada seekor keledai begini, "Mengapa engkau tak menarik gerobak?" "Aku benci khayalan," jawab keledai.
Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu.

Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya. Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melibat & sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, & segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah melawan sunah.

Rabu, 03 Juli 2013

KESABARAN ADALAH KUNCI YANG MENJAGA KITA


Seorang anak mengeluh pada ayahnya; “Aku capek, sangat capek. Aku belajar mati²an sedangkan temanku dengan enaknya menyontek. Aku mau menyontek saja.

Aku capek karena harus menjaga lidahku, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.

Aku capek ayah, aku capek menahan diri, mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah...!!!!” (sang anak mulai menangis.)

Sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya; “Anakku, ayo ikut ayah...!!!”

*Lalu mereka menyusuri jalan yang jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang.

“Ayah, mau kemana kita...???
Aku tidak suka jalan ini. Lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. Badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah karena banyak ilalang, aku benci jalan ini ayah...!!!” (anaknya terus mengeluh.)

Akhirnya mereka sampai di sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu², bunga² yang indah, dan pepohonan rindang.

“Wah… tempat apa ini ayah...??? Aku suka tempat ini...!!!” (kata sang anak dengan senyum indah di wajahnya.)

“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah. Anakku, taukah engkau mengapa di sini begitu sepi padahal amat indah...???” (tanya sang ayah.)

“Tidak Ayah...!!!” (jawab sang anak.)

“Itu karena orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini. Mereka hanya kurang sabar dalam menyusuri jalan ini...!!!” (jawab sang ayah.)

“Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kejujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan...!!!” (tutup sang ayang sambil memeluk anaknya.)

*****
Hidup adalah perjuangan untuk mengendalikan dan mengalahkan diri.

Jalanilah hidup ini dengan penuh kesabaran. Insya Allah kita akan di mudahkan. Aamiin...

Selasa, 02 Juli 2013

GANTI ITU DARI ALLAH


Allah tidak pernah mencabut sesuatu dari Anda, kecuali Dia menggantinya dengan yang lebih baik. Tetapi, itu terjadi apabila Anda bersabar dan tetap ridha dengan segala ketetapan-Nya.
"Barangsiapa Kuambil dua kekasihnya (matanya) tetap bersabar, maka Aku akan mengganti kedua(mata)nya itu dengan surga." (Al-Hadits)
dan, "Barangsiapa Kuambil orang yang dicintainya di dunia tetap mengharapkan ridha(Ku), niscaya Aku akan menggantinya dengan surga." (Al-Hadits)
Yakni, barangsiapa kehilangan anaknya tetap berusaha untuk bersabar, maka di alam keabadian kelak akan dibangunkan untuknya sebuah BaitulHamd (Istana Pujaan). Maka, Anda tak usah terlalu bersedih dengan musibah yang menimpa Anda, sebab yang menentukan semua itu adalah Dzat yang memiliki surga, balasan, pengganti, dan ganjaran yang besar.
Para waliyullah yang pernah ditimpa musibah, ujian dan cobaan akanmendapatkan penghormatan yang agung di surga Firdaus. Itu tersirat dalam firman-Nya, {Selamat atasmu karena kesabaranmu. Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu.} (QS. Ar-Ra'd: 24)
Betapapun, kita harus selalu melihat dan yakin bahwa di balik musibah terdapat ganti dan balasan dari Allah yang akan selalu berujung padakebaikan kita. Dengan begitu, kita akan termasuk, {Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempuma dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.} (QS. Al-Baqarah: 157)
Ini merupakan ucapan selamat bagi orang-orang yang mendapat musibah dan kabar gembira bagi orang-orang yang mendapat bencana. Umur dunia ini sangat pendek dan gudang kenikmatannya pun sangat miskin. Adapun akhirat, lebih baik dan kekal. Sehingga, barangsiapa di dunia mendapat musibah ia akan mendapat kesenangan di akhirat kelak, dan barangsiapa hidup sengsara di dunia ia akan hidup bahagia di akhirat.
Lain halnya dengan mereka yang memang lebih mencintai dunia, hanya mendambakan kenikmatan dunia saja, dan lebih senang pada keindahan dunia. Hati mereka akan selalu gundah gulana, cemas tidak mendapatkan kenikmatan dunia dan takut tidak nyaman hidupnya di dunia. Mereka ini hanya
menginginkan kenikmatan dunia saja, sehingga mereka selalu memandang musibah sebagai petaka besar yang mematikan.
Mereka juga akan memandang setiap cobaan sebagai sesuatu yang gelap gulita selamanya. Ini adalah karena mereka selalu memandang ke arah bawah telapak kakinya dan hanya mengagungkan dunia yang sangat fana dan tak berharga ini. Wahai orang-orang yang tertimpa musibah, sesungguhnya tak ada sesuatu pun yang hilang dari kalian. Kalian justru beruntung, karena Allah selalu menurunkan sesuatu kepada para hamba-nya dengan "surat ketetapan" yang di sela-sela huruf kalimatnya terdapat suatu kelembutan,empati, pahala, ada balasan, dan juga pilihan.
Maka dari itu, siapa saja tertimpa musibah yang hebat, ia harus menghadapinya dengan sabar, mata yang jernih dan pola pikir yang panjang. Dengan begitu, ia akan menyaksikan bahwa buah manis dari musibah itu adalah: {Lalu, diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.} (QS. Al-Hadid: 13)

Dan sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik, lebih abadi, lebih utama, dan lebih mulia.

SEMOGA RUMAHMU MEMBUAT BAHAGIA

Mengasingkan diri yang diajarkan syariat & sunah Rasul adalah menjauhkan diri dari kejahatan dan pelakunya, orang-orang yang banyak waktu kosongnya, orang2 yang lalai, & orang2 yg senang membuat huru-hara. Dengan begitu, jiwa Anda akan selalu terkendali, hati jadi tenang dan sejuk, pikiran selalu jernih, dan Anda akan merasa leluasa & bahagia berada di taman2 ilmu pengetahuan.
Mengasingkan diri (uzlah) dari semua hal yang melalaikan manusia dari kebaikan dan ketaatan merupakan obat yang sudah diuji coba dan dibuktikan kemujarabannya oleh para ahli pengobatan hati. Banyak cara untuk menjauhkan diri dari kejahatan dan permainan yang sia-sia.
Diantaranya adalah; mengisi waktu dengan menyuntikkan wawasan baru ke dalam akal pikiran, menjalankan semua hal yang sesuai dengan kaedah"takut kepada Allah", dan juga menghadiri majelis-majelis pertaubatan dan dzikir.
Betapapun, perkumpulan atau majelis yang terpuji dan patut dikunjungi adalah yang digunakan untuk menjalankan shalat berjamaah, menuntut dan mengajarkan ilmu, atau untuk saling membantu dalam kebaikan. Maka dari itu, hindarilah majelis-majelis yang tidak jelas tujuannya dan tidak pula berguna!
Jaga kesucian kulit Anda, tangisilah kesalahan Anda dan jagalah lidah! Semoga, dengan itu rumah Anda dapat membahagiakan hati Anda Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan merupakan serangan mematikan bagi jiwa dan ancaman yang membahayakan keamanan dan kedamaian diri Anda.
Pasalnya, melakukan hal itu berarti Anda telah bergaul dengan setan-setan pembisik desas-desus, penebar kabar bohong, peramal bencana dan petaka.
Dan itu, akan membuat Anda mati tujuh kali dalam sehari sebelum Anda benarbenar mati. Maka, {Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak
menambah kamu selain dari kerusakan belaka.} (QS. At-Taubah: 47)
Atas dasar itu, harapan saya ialah supaya Anda menjalani apapun kondisi Anda, tetap menyendiri di 'kamar' Anda dan hanya keluar untuk berkata atau berbuat baik saja. Pada saat seperti itu hati Anda akan benar-benar menjadi milik Anda, sehingga waktu dan umur Anda selamat dari kesia-siaan, lidah Anda terhindar dari menggunjing (ghibah), hati Anda bersih dari kerisauan, telinga Anda terjauhkan dari ucapan kotor, dan jiwa Anda bebas dari berburuk sangka.

Barangsiapa mencoba sesuatu,niscaya akan mengetahuinya. Barangsiapa membiarkan dirinya hanyut dalamgumpalan kasak-kusuk dan terseret ke dalam komunitas orang-orang yang tidak berilmu, serta senang berbuat yang sia-sia, maka katakan kepadanya: Selamat tinggal!